Mimbar Jumat

Makanan, Pakaian dan Perumahan

Oleh: Dr. Kerwanto, M.Ud.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

 اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيِّدنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعد :

فياأيها الناس, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

*Ma’asyiral Muslimin Wa Zumratal Mu’minin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah*

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan kepada hadirin sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Takwa yang diwujudkan dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Pada hari yang mulia ini, izinkan saya mengingatkan diri saya sendiri dan jamaah sekalian tentang keutamaan bulan Rajab, salah satu dari bulan-bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram…” (QS. At-Taubah: 36).

Keempat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan Rajab ini memiliki kedudukan istimewa karena termasuk dalam bulan-bulan yang disucikan, di mana kita diperintahkan untuk lebih meningkatkan amal ibadah, menjauhi dosa, dan menjaga hubungan dengan sesama.

Jamaah Sekalian,

Bulan Rajab juga dikenal sebagai pembuka dari bulan-bulan yang penuh dengan keberkahan, yakni Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Dalam bulan ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh seperti puasa sunah, sedekah, dzikir, dan doa.

Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika memasuki bulan Rajab adalah:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ


Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikan kami ke bulan Ramadhan.

*Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah*

Pada momen majlis Jumat yang diberkati Allah SWT ini, marilah kita bersama-sama merenungkan salah satu inti ajaran Islam tentang pemenuhan kebutuhan duniawi: makanan, pakaian, dan perumahan. Kitab Nashâih al-‘Ibâd mengingatkan kita agar setiap kebutuhan ini dipenuhi dengan cara yang halal dan penuh keberkahan.

Diriwayatkan dari Hatim Al- A’sham:

ما من صباح الا و يقول الشيطان لي: ما تأكل و ما تلبس و أين تسكن ؟؟ فأقول : آكل الموت , وألبس الكفن , وأسكن القبر , فيهرب.

“Tiada suatu pagi pun berlalu melainkan syaitan bertanya kepadaku: apakah yang akan kamu makan? Apakah yang akan kau pakai? Dan, dimanakah kamu akan tinggal? Kemudian, aku menjawab kepadanya: Aku akan memakan maut. Aku  akan memakan kafan. Dan, aku akan tinggal di kubur. Kemudian, syaitan itu lari dariku”.

Hatim Al-A’sham adalah Abu Aburrahman Hatim Ibn ‘Alwan. Beliau termasuk syeikh besar dari golongan ulama/ sufi, yang menetap di daerah Khurasan pada abad

Ungkapan Hatim al-Asham tersebut mengandung hikmah mendalam yang mengajarkan ketakwaan, kesadaran diri, dan zuhud terhadap dunia.

 Berikut adalah tafsir/ syarah dari pernyataan tersebut:

1. “Aku sedang memakan kematian (aku mencicipi pahitnya kematian)”

Ungkapan ini melambangkan kesadaran Hatim tentang kefanaan hidup. Setiap hari yang berlalu mendekatkannya kepada ajal. Ia menyadari bahwa dunia ini sementara, dan hidup hanyalah perjalanan menuju kematian. Dalam ajaran Islam, mengingat kematian (dzikrul maut) adalah salah satu cara untuk menjaga hati agar tidak terikat pada dunia dan lebih fokus pada akhirat.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
(QS. Ali Imran: 185)

Dengan “memakan kematian”, Hatim mengajarkan agar manusia selalu introspeksi dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

2. “Yang aku pakai adalah kain kafan”

Pernyataan ini menggambarkan bahwa Hatim melihat dirinya sebagai seorang musafir di dunia, yang hanya membawa bekal yang sangat sederhana: kain kafan. Kain kafan adalah simbol akhir perjalanan manusia di dunia, mengingatkan bahwa harta, pakaian mewah, dan segala kemegahan dunia tidak akan menyertai kita ke kubur.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata,



أَخَذَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: «كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلِ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ، فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ، فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحْتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

“Rasulullah Saw menepuk keduaa pundaku, lalu bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah orang asing atau orang yang singgah dalam perjalanan”. Ibnu Umar berkata, “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan, jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore. Ambillah kesempatan sewaktu engkau sehat untuk masa sakitmu, dan sewaktu engkau hidup untuk matimu.” (HR. Bukhari).

Dengan “memakai kain kafan”, Hatim mengingatkan untuk hidup sederhana dan mempersiapkan diri dengan amal yang akan menjadi pakaian di akhirat.

3. “Tempat tinggalku adalah kuburan”

Hatim menegaskan bahwa tempat tinggal sejati seorang manusia bukanlah rumah duniawi, melainkan kuburan. Kuburan adalah rumah terakhir yang akan dihuni manusia hingga hari kiamat. Pernyataan ini mengajak kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di alam kubur dengan amal baik, bukan sibuk membangun istana di dunia yang bersifat sementara.

…ۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“Dan di belakang mereka ada barzakh (alam kubur) sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
(QS. Al-Mu’minun: 100)

Dengan menyebut kuburan sebagai tempat tinggalnya, Hatim mengajarkan agar manusia tidak terbuai oleh keindahan dunia dan mengutamakan akhirat sebagai tujuan akhir.

*Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah*

Hikmah dari Ungkapan Hatim al-Asham

  1. Zuhud terhadap dunia: Hatim mengajarkan sikap zuhud, yaitu memandang dunia sebagai sarana, bukan tujuan. Segala yang kita miliki di dunia hanyalah sementara.
  2. Kesadaran akan kematian: Mengingat kematian secara rutin mendorong seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi maksiat.
  3. Fokus pada akhirat: Ungkapan ini mengajarkan bahwa dunia adalah ladang amal untuk akhirat. Kehidupan di dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang abadi.
  4. Kepasrahan kepada Allah: Hatim menunjukkan sikap tawakal dan menyerahkan segalanya kepada Allah, sambil menjalani hidup dengan kesadaran akan tanggung jawab akhirat.

Pernyataan Hatim al-Asham mengingatkan kita untuk tidak terlalu sibuk memikirkan kenikmatan duniawi, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Sebaliknya, kita diminta untuk mempersiapkan diri dengan amal dan takwa agar selamat di akhirat. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari ungkapan ini dan menjalani hidup dengan kesadaran penuh bahwa kita hanya sementara di dunia.

Wallahu a’lam bis-shawab.

بارك الله لي ولكم فى القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُالرحيم.

*Khutbah Kedua*

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:

 إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفُ رَّحِيْمٌ

اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبِلاً

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ والحمد لله رب العالمين.

عباد الله، أن الله يأمر بالعدل والاحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله يذكركم واشكرواه على نعامه يزدكم ولذكروا الله اكبر.

____Aqīmu sholah___

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *